Sabtu, 22 Agustus 2009

Hubungan Kualitas Pakan Pada Pubertas Sapi Betina

Pubertas

o Pubertas dapat didefinisikan sebagai umur atau saat organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan perkembangbiakan dapat terjadi.

o Hewan betina yang mengalami pubertas ditandai dengan timbulnya estrus pertama kali dan ovulasi.

o Permulaan pubertas pada hewan betina disebabkan oleh pelepasan tiba-tiba hormon gonadotropin dari kelenjar adenohypofisa ke dalam saluran darah dan bukan karena dimulainya secara tiba-tiba produksi hormon-hormon tersebut

o Pelepasan FSH ke dalam aliran darah menjelang pubertas menyebabkan pertumbuhan folikel-folikel pada ovarium.

o Sewaktu folikel-folikel tersebut berkembang dan menjadi matang, berat ovarium meningkat dan esterogen disekresikan dari ovarium untuk dilepaskan ke dalam aliran darah.

o Esterogen menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan saluran kelamin betina.

o Apabila folikel-folikel menjadi matang, ovum diovulasikan dan turun ke dalam tuba fallopii

o Pubertas dikontrol oleh mekanisme-mekanisme fisiologik tertentu yang melibatkan gonad dan kelenjar adenohypofisa, sehingga pubertas tidak luput dari pengaruh faktor herediter dan lingkungan yang bekerja melalui organ-organ tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pubertas yaitu musim, suhu, makanan, dan faktor-faktor genetik (Toelihere, 1979).

o Aktivitas reproduksi pada ternak besar mulai beberapa saat sebelum pertumbuhan selesai, dan terjadi lebih dini pada hewan yang baik kondisi nutrisinya

o Umur pubertas untuk setiap spesies hewan berbeda dan dapat dipengaruhi oleh nutrisi.

o Pada sapi, jika diberi nutrisi yang cukup tinggi pubertas dapat dicapai pada usia 9 bulan, sedangkan jika nutrisinya sedang atau rendah maka pubertas bisa dicapai umur 11 bulan sampai 15 bulan.

o Sapi-sapi dara sebaiknya dikawinkan menurut ukuran dan berat badan bukan menurut umur.

o Kegagalan munculnya birahi pertama pada umur dewasa kelamin disebut anestrus prapubertas.

o Hewan yang mengalami anestrus prapubertas dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok sapi betina anestrus yang mempunyai kelainan saluran alat kelamin betina yang sifatnya menurun dan anestrus yang terjadi karena faktor pengelolaan khususnya pemberian pakan (Hardjopranjoto, 1995).

Susunan bahan makanan, terdiri dari:

o Air

o Karbohidrat

o Lemak

o Protein

o Vitamin

o Mineral (P,Ca,I,Se,Fe,Cu,Co,Mn,Mg)

o Pakan sebagai faktor yang menyebabkan gangguan reproduksi dan infertilitas sering bersifat majemuk, artinya kekurangan suatu zat dalam ransum pakan diikuti oleh kekurangan zat pakan yang lain.

o Kekurangan pakan dalam hal ini bukan hanya kuantitasnya tetapi kualitasnya

o Kekurangan pakan akan menyebabkan fungsi semua kelenjar dalam tubuh menurun

o Salah satu kelenjar yang menjadi sasaran adalah kelenjar hipofisa anterior yaitu hipofungsi kelenjar hipofisa tersebut, diikuti dengan menurunnya sekresi gonadotropin yaitu FSH dan LH

o Hal ini menyebabkan aktivitas ovarium menurun dan tidak terjadinya pertumbuhan folikel. Keadaan ini yang disebut hipofungsi ovarium ditandai dengan adanya anestrus

o Kelebihan pakan dalam ransum yang berlangsung dalam waktu lama dan mengakibatkan kegemukan (obesitas) dapat juga menimbulkan gangguan reproduksi.

o Pada sapi betina yang mengalami obesitas, ada timbunan lemak di berbagai bagian tubuh, contohnya di sekitar ovarium dan bursa ovarii

o Agar proses reproduksi dapat berjalan dengan normal, diperlukan ransum pakan yang memenuhi kebutuhan baik untuk pertumbuhan maupun untuk reproduksi.

o Ransum pakan disebut berkualitas baik dan lengkap bila di dalamnya mengandung karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi, protein sebagai zat pembangun tubuh, mineral, dan vitamin sebagai zat pelengkap untuk pertumbuhan.

o Kekurangan salah satu zat makanan di atas dapat mendorong terjadinya gangguan reproduksi dan infertilitas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar