Selasa, 10 Juni 2008

imunitas kekebalan tubuh

IMUNNOLOGY

KEKEBALAN TUBUHà
SISTEM IMUNà TERHADA BANDA-BANDA YANG
TANGGAP KEBALà DIANGGAP ASING OLEH TUBUH

Perkembangan Imunology:
Berawal dari :
Imunology konvensional kekebalan terhadap penyakit infeksi

Mempunyai arti penting
- mekanisme pertahanan pokok tubuh terhadap agen-agen infeksi, sel tubuh yang menyimpang
- proses penyakit disebabkan agen non infektious
- cara-cara diagnosa & pengendalian penyakit

Didukung berbagai disiplin
· ilmu dasar:
o biokimia
o genetika
o anatomi
o biologi perkembangan
o biologi molekul
· ilmu-ilmu klinik
o alergi
o penyakit infeksi
o transplantasi
o rheumatology dll
yang semuanya kan menuju pada: Imunology Modern (multi disipline)
metode dan teknik:
- isolasi struktural protein
- identifikasi diferensiasi sel
- karakterisasi biologi membran
- pemurnian à genetik eukariotik
- penyidikan fungsi reseptor sel
- esay fungsional
bukti : adanya kekebalan tubuh
transplantasi
orang mendonorkan jaringan ke orang lain
donor----------------------resipient----------------akan bertahan beberapa hari didalam tubuh resipien yang kemudian akan dihancurkan oleh tubuh resipient sendiri.
Bukti bahwa kekebalan tubuh ada:
- mengenali & membedakan benda asing yamg masuk kedalam tubuh
- dapat menghancurkan
pengamatan yang dlakukan orang cina abad II
orang sakit cacar à sembuh dari cacar à resisten terhadap reinfeksi
percobaan Louis Pasteur (bapak Vaksinasi)
P. multosida biak muda di injeksikan pada ayam maka akan menimbulkan:
- ayam yang tidak sakit dan tidak mati
Tapi bila ayam yang sehat tersebut diinjeksikan dengan P. Multosida muda/ virulen:
- ada ayam yang tidak sakit dan tidak mati
- ada ayam yang mati

Immunitas
Invertebrata & tumbuhan à sangat sederhana
Non spesifik
Vertebrata à sangat kompleks
Non spesifik dan spesofik
Imunitas memiliki prinsip dalam 2 kategori:
Im alami (innate Immunity
First line of defence
Second line of defence
Im perolehan (acquired Immunity)
sifat spesifik
third line of defence
Immunitas alami:
· fisik, kimiawi, seluler, biologi (kulit, mucosa, sal pencernaan, pernafasan, urogenitalis
· Non spesifik, non anamnestik (tidak bisa mengenali yang pernah menginfeksi)
· Ada sejak dilahirkan
· Tidak perlu stimulan
· Membantu imunitas perolehan
· Ada pada invertebrata & vertebrata.
a. first line of defence
o fisik :
§ kulit
§ epitel
§ mucosa
b. second line of defence
o mengalahkan / menekan m.o
PH, kelupas sel, batuk, bersin, genetik, resisten
Immunitas perolehan
· hanya vertebrata
· kemampuan mengembangkan ada sejak lahir
· perlu rangsangan
· ada pada komponen humoral dan sellular
· spesifik
· anamnestik (dapat mengenal)
· merupakan third line of defence
· melengkapi & bantu Im. Alami
pertahanan tubuh à agen infeksi / benda asing
non spesifik
spesifik


makhluk asing
ancaman benda asing :
§ virus
§ bakteri
§ protozoa/ parasit
§ sel tubuh yang menyimpang
sistem imun à berkembang secara phylogenik (sesuai derajat phylumnya)

Non spesifik Sistem sederhana: tumbuhan & invertebrta

Non spesifik Sistem kompleks : vertebrata
& spesifik

Spesifitasnya terletak pada limfosit yang bersifat klonal

Pertahanan non spesifik
- berupa : fisik , kimiawi , seluller
- terhadap segala agen infeksi/ benda asing
antara lain :
1. kulit :
· lapisan tanduk yang kering
· epital yang mengelupas
· asam lemak tak jenuh
· flora residen
2. saluran pencernaan :
· PH lambung
· Empedu
· Enzim-enzim
· Peristaltik
· Makrofag-makrofag
3. saluran pernafasan :
· alat penyaring bertingkat
· refleks batuk, bersin, mucociliary escalator (kumpelan penghasil mucus dan bersilia)
· enzim-enzim
· sel Fagosit alveoler
4. saluran urogenitalia:
· aksi membilas urin (urin di vertebrata yang normal adalah steril, adanya m.o setelah urethra)
· PH rendah
· Flora residen
· Sel fagosit
· Spermin
5. kelenjar susu :
· aksi membilas air susu (terutama bagi ibu-ibu yang menyusui anak)
· laktamin
· sel fagositik
Candida albicanà mengurai m.o à asam laktat à PH rendah ( pada wanita)
Susu pulang baik untuk m.o, maka harus dibuang / dikeluarkan.
Pertahanan tubuh secara fisik antara lain:
- kulit
- m mucosa
- mucus
- reflek batuk dan bersin
- peristaltik
- mucocilliary escalator dsb
pertahanan tubuh kimiawi:
- PH lambung
- Asam lemak
- Garam empedu
- Enzim-enjim
Pertahanan tubuh seluler
- neutrofil
- monosit
- eosinofil
- makrofag
pertahanan tubuh spesifik:
- klon –klon sel limposit à masing-masing spesifik terhadap antigen
- timbul bila ada rangsangan
- respon imun yang timbul:
· R.I humoral à antibody spesifik
· R.I celullar à sel T yang peka
Tergantungdari benda asingnya : apakah antigenik atau tidak, dan bisa memacu respon imun tidak.
Catt: R.I : respon Imun

R.I Humoral (antobody)
· dalam cairan tubuh bukan di dalam sel
· antibody yang disekresikan à plasma sel
· peran à agen infeksi extra cell
produk-produk seperti toxin
· antibody bertanggung jawab terhadap antigen yang bersembunyi di luar sel
R.I cellular
· diperantai oleh sel T peka
· peron à agen infeksi intracell & fakultatif intracell
· berinterasi dengan antigen yang terdapat dalam sel
· sel yang berinteraksi dimakan semua
antigen :
benda asing à biasanya menimbulkan RI (inducer)
bereaksi spesifik dengan produk RI (reactant)
tapi ada benda asing yang tidak menimbulkan RI = bukan antigen
imunogen :
benda asing à selalu menimbulkan RI & bereaksi spesifik dengan produk RI
hapten : BM kecil
benda asing à tidak menimbulkan RI
bila terikat protein pembawa (carier)
à dapat menimbulkan RI
RI yang muncul hanya mau bereaksi dengan hapten tidak dengan pembawanya.
Antibody:
Molekul protein dihasilkan oleh plasma sel akibat rangsangan benda asing & bereaksi spesifik dengan antigen penstimulir
Ex: benda asing X à antibody terhadap X (tubuh)
Apabila ada benda asing Y à tidak mau bereaksi ( tubuh)
Bereaksi spesifik dengan antigen penstimulir

Epitope / Ag deterinant / penentu antigenik:
Bagian dari substansi yang berukuran yang berukuran relatif kecil dibandingkan dengan keseluruhan antigen biasanya berupa tonjolan pada permukaan luar substansi.

Sistem Immun
Terdiri dari :
- sel
- organ
- molekul
sel
Antara lain:
- limfosit B
- limfosit T
- limfosit yang tidak jelas identitas (tidak punya marker B & T)
- sel –sel memproses: mempersembahkan antigen ke limfosit (APC)= antigen presenting cell)= makrofag, sel B, sel dendritik
organ
limfoid primer (ada sampai akhir kehidupan)
- timus
- bursa fabricius
- bursa equivalen (sama dengan bursa)
limfoid sekunder
- limfoglandula /limfonodus
- limpa
- bursa fabricius pada ayam (pada umur 3 bulan tidak berfungsi lagi)
molekul
- Immunoglobulin
- Komplemen
- Limfokine dan sitokine

Organ limfoid primer:
- mengatur produksi & diferensiasi limfosit
- organ ini muncul dini kehidupan fetus dari pertumbuhan pertemuan extra dan endodermal
- tymus tumbuh dari kantong pharink ke 3 &4
- bursa à pertemuan kloaka & dermal
- sel cikal bakal limfoid dari kantong kuning telur, hati fetus à akhirnya sumsum tulang à ke organ- organ tubuh melalui sirkulasi darah.
- Tidak responsif terhadap stimulasi antigen
- Sumber limfosit
Organ limfoid sekunder
- timbul asal mesoderm akhir kehidupan fetus à fetus akan ada selama hidup
- responsif terhadap stimulasi antigen
- kaya akan makrofag, sel dendritik limfosit T & B
- limfa, limfonodus (pada tract respiratorius, gastro intestinalis, urogenital) dan kel limfe
- tempat interaksi limfosit antigen dan pengontrolannya.
Pada dasarnya sel sistem imun :
· limfosit B & T à klonal
· makrofag
· dendritik à ketiganya non klonal
· sel fagosit
sel yang biasanya pertama bertemu dengan bendda asng
terdiri dari 2 sistem komplementer
sel myeloid
- sel asal sumsum tulang
- berada dalam sirkulasi darah selama 12 jam à kemudian ke jaringan
- fagositosis tinggi dan cepat
- tetapi tidak mampu mengulang fagositosis
- umur pendek à muncul nanah
sel-sel fagosit mononuklear
- asal sumsum tulang à kesirkulasi darah 3 hari à ke jaringan
- aktivitas fagositosis lemah
- fagositosis berulang-ulang
- sel ini datang ke tempat infeksi menyusul sel myeloid
- umur panjang
- ex : makrofag
sistem fagosit mononuklear 2 type sel :
· sel makrofag potensial
· sel memproses- mempersembahkan Ag à APC cell
sel limfosit B & T
Memproses spesifitas terletak reseptor spesifik à permukaan membentuk limfosit.
Generasi klone lomfosit : bebas dari pengaruh Ag
Ekpansi perbanyakan jumlah : dikendalikan Ag
Sifat fungsional sel limfosit 2 kelas:
Sel limfosit B à bertanggung jawab memproduksi antibody, bertanggung jawab terhadap benda asing di luar sel
mensekresi Ab à humoral
Ag(rangasangan) àsel limfosit B à proliferasi à sel memori à diferensiasi à sel limfoblast à plasmablast à sel sel plasma à sekresi antibody(respon imun humoral)
Sel limfosit T
- immunitas seluler
- efektif terhadap infeksi yang bersifat intra sel obligat / fakultatif (benda asing yang berada di dalam sel)

Sel limfosit ada yang tidak punya marker B & T (tiddak jelas identitasnya) antara lain:
Sel NK (Nicer Killer)
· non spesifik
· tanpa pemekaan (tanpa perlu rangsangan)
· peran : menghancurkan à
o sel alograf (species yang beda genetik), sel yang berasal dari hospes yang alograf (sama), genetik beda.
o Sel à transformasi / modifikasi dari sel tubuh .Ex: tumor
Tapi umumnya sel tumor lebih cepat berkembang daripada sel NK
o resistensi penyakit infeksi tertentu
Limfosit sitotoksisitas
Mau melakukan kegiatan tergantung dari adanya antibody, maka disebut sebagai “antibody dependent celluler (cytotoxysity) = ADCC
Sel sistem imun à asal sel stem hemapoetik à yang bersifat pluri potensial.
Dalam diferensiasinya :
Limfosit yang bebas pengaruh Ag à sub populasi limfosit B & T, dihasilkan 2 macam sub populasi limfosit B:
1. sel B ly b-5+
punya Ag ly b-5
peran :
§ respon terhadap Ag polisacharida terlarut
§ terhadap hapten yang terikat polisacharida
Untuk berespon à perlu limfokine non spesifik terlarut. Limfokin dihasilkan oleh limfosit-limfosit yang terinfeksi virus, tapi bukan limfosit yang terinfeksi virus saja yang menghasilkan limfokin.
2. Sel B ly b-5-
Tidak punya Ag ly b-5
Peran :
§ Ag protein terlarut
§ Produk-produk tertentu yang bersifat mitogenik (zat yang merangsang sl untuk memperbanyak diri) terhadap sel B.



Kerjasama :
· Sel limfosit B
· Sel Limfosit T
· Antigen presenting cell
Ketiga sel limfosit diatas bekerja sama dalam menimbulkan respon imun sangat memerlukan persamaan antigen (antigen permukaan) dan reseptornya limfosit B & T.
Dimana reseptor-reseptor ini berupa glikoprotein yang dikode Mayor Histocompability (MCH).
Proses diferensiasi dai sel limfosit T, dimana tanpa pengaruh Ag à berkembang menjadi berbagai macam sub populasi dan ditandai dengan marker-marker tertentu dan berbeda fungsi.
Proses proliferasi (apakah limfosit B & T), terjadi dalam 2 tahap
tanpa pengaruh antigen : Antigen independent differentiation à limfoid primer
di bawah pengaruh antigen : antigen dependent differentiation à terjadi pada organ sekunder.
Organ Sistem Imun
Ada 2 organ limfoid yang berperan dalam sistem imun:
Organ limfoid primer
Organ limfoid sekunder
Ad Primer :
· Thymus
· Bursa Fabricius
· BE
· Sumsum tulang
Ad Sekunder :
· Limfonodus
· Limpa
· Sumsum tulang
· Tonsil
· Limfoid
Yang tersebar pada saluran pencernaan , pernafasan, urogenitalis.
Fungsinya :
...................................................................................................................
mengumpulkan populasi limfosit berbagai macam spesifitas (primer & sekunder)
mengatur Infeksi (sekunder)
mengeluarkan elemen efektor dalam bentuk sistem imun maupun sel sistem imun secara bertahap.
Molekul sistem Imun
Dalam bentuk Immunoglobulin (Ig), Komplemen, limfokin dan sitokin. Mol-mol sistem imun ini dapat bersifat spesifik dan juga dapat bersifat non spesifik.
Molekul sistem imun yang berupa antibody yang jelas : stimulasi untuk menghasilkan antibodynya maupun setelah antibody terbentuk selalu bersifat spesifik (baik stimulasi maupun interaksinya).
Berbeda dengan limpokin :
Produksinya : spesifik
Interaksinya : non spesifik
Adanya stimulasi Ag akan menimbulkan espon imun selluler dan humoral
Ag tertentu salah satu dapat menonjol tergantung pada macam antigennya
- RI humoral à transfer melalui serum kebal
- RI seluler à transfer melalui sel
Ag(merangsang) à makrofag à monokin à limfosit à limfokin à pengaruhi makrofag kembali

Komplemen à bagi kesatuan sistem imun karena:
- membunuh langsung à tanpa Ab (jalur alternatif)
- lisis agen infeksi à telah diselubungi Ab (jalur klasik : jalur aktivasi klasik).
Sifat sistem imun:
Tiga sifat utama:
1. mengenali aneka ragam benda asing = universal
2. respon spesifik à mediator spesifik
3. anamnesis / memori
dalam kemampuan mengenal karena tersedianya klon-klon dari limfosit yang telah ditakdirkan sebelum kontakdengan antigen . sel ini mampu memperbarui diri (self renewing).
Ag yang masuk dalam tubuh akan menseleksi limfosit B atau limfosit T yang cocok (spesifik) baru setelah itu memperbanyak diri à limfosit yang berinteraksi saja yang akan terstimulir untuk menghasilkan mediator kompek berupa antibody atau limfokin.

Ag (menstimulir) sel limfosit à aktif à berdiferensiasi & berproloferasi
Diferensiasi diakhiri dengan sekresi mediator , proliferasi menghasilkan perbanyakan klon-klon (ekspansi klon limfosit).
Ekspansi dari klon-klon limfosit adalah sel-sel memori dari sel limfosit yang mana punya kemampuan mengingat respon imun yang pernah dialaminya.
Adanya stimulasi / rangsangan Ag sama akan menyebabkan munculnya RI sekunder dimana RI seunder ditandai dengan cepatnya muncul RI sekunder ini. Dimana RI primer berbeda, munculnya lambat dan kadarnya rendah.
RI sekunder terjadi pada :
· immunitas humoral
· immunitas selluler
keduanya sebagai dasar imunisasi
RI tersier dapat muncul bila dimasukkan Ag yang sama apabila sebelum mencapai nilai ambang, tapi bila rendah mencapai nilai ambanh tidak muncul lagi.
Pemberian vaksin berulang akan menyebabkan perbanyakan klon limfosit spesifik terhadap vaksin tersebut.
Hewan yang kebal berarti :
· mempunyai sel memori à bertahan bertahun-tahun
· Ag menyebabkan kekebalan sementara (± 6 bulan)
RI à saat RI primer berjalan à titer antibody menurun à karena berikatan dengan Ag (fase negatif) à setelah itu muncul respon imun sekunder : muncul cepat dan derajat tinggi.






Fase negatif : proses proliferasi
RI berikatan dengan antigen yang masuk.
Apabila distimulir III, belum tentu terjadi seperti yang ke 2 karena bila sudah mencapai ambang betas tidak berfungsi.

Ag menstimulir RI sekunder à RI meningkat à dicapai hasil maximum à imunitas pasif à Ab menurun segera (katabolisme)
Imunitas pasif: antibody
Ex : tetanus , apabila sudah diberi serum anti tetanus dari kuda maka tidak akan diberi serum anti kuda lagi, tapi dari kambing, karena akan menyebabkan serum anti tetanus dari kuda akan dimakan anti kuda sebelimnya, maka diberikan serum anti kambing.

Fungsi sistem imun:
· homeostatis tubuh
· pertahanan tubuh à infeksi / invasi parasit.
Kerja :
· membedakan komponen tubuh (self) & (non self), sel tubuh modifikasi
· bereaksi / berespon à benda asing à menghancurkan.
Aktivitas positif melalui reseptor sistem imun à yang derajat berbeda spesifitasnya.
· spesifitas sangat rendah
o makrofag
o sel dendritik
· spesifitas sedang
terhadap Ag histocompability kelas I & II
· spesifitas tinggi
Reseptor Ag à limfosit B & T à yang dapat membedakan benda asing / Ag sampai dengan tingkat molekul.
Perbedaan epitope ini karena perbedaan asam amino yang tersusun acak, sehingga bila ada antigen yang berbeda maka tidak mau bereaksi.

Sel fagosit
Fagositosis:
· salah satu mekanisme pertahanan pertama masuk dalm tubuh
· mekanisme yang menonjol dalam tubuh à vertebrata & invertebrata
Benda asing à masuk ke tubuh à menghadapi proses :
Dampak sel fagosit :
· fagositosis
· respon peradangan
· respon imun
Yang ketiganya bekerja sama secara berurutan , tergantung dari :
o agen infeksi
o waktu
kerjanya :
· Berurutan , tapi bisa saja Cuma sampai fagositosis, ex : benda asing
· Ada pula yang sampai respon peradangan à banyak sel fagosit di tempat kerja/organ yang ada benda asingnya
Semua tergantung :
- jenis benda asing
- lama benda asing dalam tubuh
partisipasi sel-sel fagosit à pertahanan tubuh à berbagai jalan :
1. pemakan sel mati
- menyingkirkan à sel rusak /mati
- melokalisir senyawa anorganik yang sukar di katabolisir
2. membunuh m.o
- terutama m.o intrasel
bila organisme agak besar bisa saja langsung di fagositosis à diikat à dibuat unit-unit yang agak besar à di fagositosis(bekerja sama dengan Ab).
3. mampu berinteraksi dengan limfosit à untuk menimbulkan respon imun.
Interaksinya dua arah (bidirectional)
Ag (menstimuli) sel fagosit à limfosit à limfokin (meningkatan kemampuan sel fagosit) à mempengaruhi sel fagosit kembali
4. sebagai sel sekretorik à material biokaktif à mempengaruhi berbagai sel yang lain( sel sistem imun lain)
5. pengontrolan neoplasia (sel yang mengalami modifikasi)
tapi apakah mampu sel fagosit untuk melawan sel tumor?????????

Dua sistem sel-sel fagosit à sifat komplementer :
sistem myeloid
· PMN, neut gran
· Leukosit darah utama pada manusia dan carnivora
· 30-30% à leukosit pada ruminansia
· Berasal dari sumsum tulang à sirkulasi (12 jam) à masuk ke dalam jaringan yang ada benda asingnya (umur pendek).
· Fagositosis cepat à segera mati
· Fagositosis hanya 1 kali
· Sel pertama ada di tempat infeksi
sistem mono nuklear
· pergerakan lambat
· tiba belakangan à tempat infeksi
· fagositosis berulang-ulang
· beberapa à memproses Ag à RI spesifik (sebelum dipersembahkan kepada sistem imun limfosit)
· beberapa à menyingkirkan :
o partikel asing
o jaringan tua
o jariangan yang akan mati/ mati
· asal dari sumsum tulang à sirkulasi darah à monosit berada disirkulasi 3 hari à ke jaringan à makrofag (umur panjang), makrofag belum masak
monosit à sel fagosit immature
magrofag à sel fagosit mature
· sel makrofag di jaringan mempunyai : APC à antigen presenting cell
o perubahan morfology
o fungsi
o mempunyai nama berlainan à sesuai jaringannya
o ex:
§ hisiosit : dala jaringan ikat
§ sel-sel kuffer : sinusoid hati
§ messangeal : dalam ginjal
§ mikroglia : dalam otak
§ makrofag alveolar : dalm alveoli paru
§ makrofag peritoneal : cairan peritoneal
§ sel epitheloid : sekitar benda asing yang sulit diurai
· sel dendritik
o membentuk jala-jala, banyak ditemukan pada: nodus limpatikus, limpa, sumsum tulang, kulit (sel langerhans)
o penjeratan dan pemrosesan Ag
nasib benda asing yang difagositosis:
benda asing à hancur à identitas Ag hilang à tidak dapat stimulasi sel-sel limfosit.
· sel-sel myeloid (PMN)
· sel-sel mononuklear (fagosit profesional)
benda asing à hancur à tetapi identitas masih ada à stimulasi RI spesifik
· sel APC (antigen presenting cell), memproses, mempersembahkan Ag à ke sel limfosit
proses fagositosis
Khemotaksis
Sel fagosit à ke tempat infeksi (tempat benda asing berada)
Akibat faktor khemotaksis à
· dari bakteri
· jaringan rusak
· produk-produk RI
adherence
· benda asing melekat à sel fagosit
· daya lekat ditingkatkan oleh adanya reseptor-reseptor pada permukaan sel, yaitu pada antibody maupun pada complement:
o FC dari antibody
o Komponen C, B
Ingestion
· terbentuk phagosome (ruang)
· benda asing à dalam cytoplasma
digestion
· berfusi dengan lisosom à terbentuk phagolisosom
· benda asing à dicerna
· enzym-enzym aktif (dalam lisosom) dalam phagosom
pada tuberculosis pembuatan fusi tidak terjadi dan enzym lisosom tidak mempan
m.o menghadapi fagositosis
sel fagosit :
· pertahanan terpenting
· pertahanan terkuat
terhadap serangan m.o
Dua tipe sel phagosit:
· PMN
· Makrofag
Sel ini terdapat di seluruh tubuh à menghadapi m.o / benda asing
Sel PMN:
· pertama kali ada di tempat infeksi (cepat)
· daya fagositosis kuat
· fagositosis sekali
· cepat mati
Sel moninuklear :
· makrofag
· gerakan lambat
· daya fagositosis lemah
· proses dapat berulang-ulang
Strategi m.o menghadapi Fagositosis:
membunuh
· m.o à mampu proliferasi
· membebaskan zat lethal
· ex:
o steptococcus dan staphilococcus yang mampu membunuh sel fagosit
o B anthracis dan Listeria Monositogenesis memproduksi oxin à toksik terhadap sel fhagosit
hambat adopsi
m.o à tidak dapat diabsorbsi sel fagositik
ex: m. huminis
sebaliknya : beberapa m.o dapat diabsorbsi à tapi mampu tumbuh dalam sel makrofag, seperti :
o M tbc
o B. abortus
o Listeria monocytogenesis
hambat opsonisasi
m.o à mempunyai substansi pada permukaan à opsonisasi terhambat à tidak di fagositosis
ex:
· protein M à streptococcus
· kapsul polysacharida à pneumococcus.
· Kapsul polysacharda :
o Hemophilus influenza (untuk dapat di fagositosis)
o Klabsiella (idem)
Harus ada Ab terhadap kapsul tbc
hambat fusi Lisosom dengan fagosom
ex :
· M tbc
· Toxoplasma gondii
· Aspergillus plavus
Hambat fusi à m.o tak dapat di digesti oleh lisosom
resistensi terhadap digesti
m.o terhadap enzym lisosom
ex:
· M. tbc
· M leprae
· Brucella
· Listeria
Bahan terhadap penghancuran oleh sel fagosit dan dapat tumbuh dalam sel makrofag.
Semakin jauh philogenik à semakin imunogenik
- pylogenik dekat à kurang / tidak imunogenik
- hubungan pylogenik jauh à banyak penentu Ag dan asing bagi individu resipient
contoh :
· kambing à RI tinggi terhadap albumin Kalkun (secara genetik jauh)
· kambing à RI turun terhadap albumin sapi / biri-biri (secara genetik lebih dekat)
Batasan Fisikokmia
ukuran :
· ada korelasi à RI
· umum BM diatas 10.000 dalton
· beberapa BM lebih kecil seperti : (yang kurang dari 10.000 dalton, suatu pengecualian)
o insulin à 5000 dalton
o glikogen à 4.600 dalton
keduanya bersifat imunogenik
· beberapa pernah ditemukan imunogen terkecil (BM 750 dalton) à bersifat imunogenik yang BM nya paling kecil
· peptida à imunogenik à butuh 7 AA minimal
· makin kecil ukuran imunogen à semakin besar peluang à RI selluler tanpa RI humoral
kompleksitas
· makin kompleks kimiawi à semakin imunogenik
· protein monomer à toleran
· protein polymer à imunogenik
Rigidity (kekakuan)
· struktur kaku à imunogen yang baik
· RI diarahkan à konfigurasi yang stabil
· Senyawa labil / flexibel à sukar dikenali sistem imun
Contoh :
Gelatin à
o protein labil
o antigenik yang lemah
o distabilkanà tyrosin/ triptophane
flagelline (pada flagellata) à
§ protein labil
§ imunogenik dapat meningkat à polimerisasi
Konformasi
- Konformasi yang berubah-ubah sulit dikenali oleh sel sistem imun








- Epitop Ag à satu susunan AA berasal dari bagian yang berbeda à polypeptida
Ab terhadap antigen ini sulit mengenali karena susunan rantai yang panjang
muatan
- tidak bukti
- mol muatan + /netral / - à RI
- mol muatan +++ à RI muatan kebalikan
- imunogen + à RI (Ab) muatan negatif - /sebaliknya
solubilitas
- sukar larut à imunogenik/ semakin imunogenik
Accessibility (mudah dijangkau)
Epitope mudah dijangkau sistem imun (klon limfosit B) spesifik
Degradability (daya cerna)
· sistem imun à berperan terhadap substansi telah diproses /diurai sel fagosit
· substansi daya urai sedang à Imunogen baik
· substansi mudah di urai à Ag musnah total à tidak imunogen
· substansi sukar à tidak dapat / RI
makrofag à substansi diurai à batas-batas identitas epitope masih ada à dipersembahkan ke limfosit (oleh sel APC)
molekul antigen berturut-turut sifat imunogennya 5 kelas:
protein
· protein alam
· nukleoprotein
· lipoprotein
· glikoprotein
Imunogen yang baik karena:
· ukuran besar
· struktur kompleks
· kaku
· dapat diurai
polysacharida (antigen somatik = antigen O)
· polysacharida murni
· lipopolysacharida
imunogen sedang :
o struktur stabil
o kurang kompleks
lipid
asam nukleat
molekul non-organik
Antibody
Kumpulan molekul-molekul protein à hasil sel plasma à karena interaksi Ag(determinan pada epitope benda asing) degan sel limfosit B.
Fungsi:
pengenalan antigen
eliminasi antigen
Darah à membeku à serum + amonium sulfat

Presipitasi

Mengendap:
- protein mengendap à globulin
- protein larut à albumin (tidak mengendap)
kalau dilihat dengan metodeelektroforesisi : muncul 3 macam protein dari protein globulin:
α aglobulin :
· α1 antitripsin
· α 2 makro globulin
β Globulin :
- mengandung sejumlah mol Ab
- banyak protein dari sistem / fragmen komplemen
γ Globulin= immonuglobulin = paling banyak zat kebalnya
- protein paling kecil muatan –
- Ab paling banyak
- Ab à globulin à immunoglobulin
- Skema imunoglobulin:










Dibagi 2 bagian :
bagian pengikat antigen à fragment antigen binding site
= F ab
bagian mengikat komplemen à Fc
Fungsi biologik :
- mengikat komplemen à Ig G, Ig M
- melewati plasenta à Ig G
- berikatan dengan sel-sel tertentu (sel mastosit atau sel basofil) à Ig E
Mol antibody à 4 rantai peptide
Mol Ab
· 2 rantai à @BM 23000 dalton (200 AA)
· 2 rantai berat à @BM 53000 dalton (400 AA)
Dimer à pasangan rantai L dan H , (L-H)
Sub unit RL dan RH à terdiri atas :
- variabel
- konstan
Tempat ikatan Ag:
Pada bagian variabel à dari RL dan RH
Dinding tempat ikatan Ag:
Pada bagian yang disebut Hypervariabel à daerah variabel baik pada RL dan RH.
Enzim protease..............................























Pepsin:
- Fc à terurai à jadi fragmen kecil-kecil
- Fab à tetap bersatu
Fc à susunan urutan AA relative konstan
Fab à susunan urutan AA sangat berubah-ubah

Lima kelas immunoglobulin:
· Ig G BM 150.000
· Ig A BM 150.000
· Ig M BM 900.000
· Ig D BM 185.000
· Ig E BM 200.000
Sistem komplemen:
· faktor berupa protein
· dalam serum normal / serum imun
· rusak 56ºC, 30 menit
· kerja : kerusakkan à penghancuran sel atau m.o
Komponen :
Terdiri dari kompleks-kompleks protein, satu dengan lainnya berbeda
Kerjanya komplemen à saling berikatan (proses enzimatik)
Pengrusakkan sel / granula dapat:
- karena berikatan dengan Ab
- tidak adanya Ab
contoh: pengrusakkan terhadap membran endokrin
LPS à exotoxin adalah substrat daripada komplemen
Reaksi Ag dengan Ab à pemicu berlangsungnya aktivasi komplemen (klasik)
Aktivasi sistem komplemen :
jalur klasik (ada Ab)
jalur alternatif ( Tanpa Ab)
jalur terminal (bukan reaksi komplemen yang sebenarnya)
Komponen sistem komplemen :
· 9 unit à C1, C2, C3 à sampai C9
· Terdiri dari 11 kompleks protein
· C1 punya 3 subunit C1q, C1r, C1s
· Protein komplemen 10 % dari fraksi gobulin serum
o BM terkecil 80.000 ddalton à C9
o BM terbesar 400.000 dalton à C1q
· serum manusia :
o 3 mg /100 ml à C2
o 130 mg /100 ml à C3
Komponen dibuat diseluruh tubuh:
· epithel usus à C1
· makrofag à C2, C5, C3, H, P, D, B & C4
C1q à komponen pertama yang terpacu
Mempunyai reseptor pada 1 mol Ig M dan 2 mol Ig G
Aktivasi komplemen “ jalur Klasik”
· interaksi Ag X Ab
o 1 mol Ig M atau 2 mol Ig G
· Ag + Ab à Fc dari Ab terbuka à mengikat komplemen C1
· C1 à 3 komponen C1q, C1r, C1s dasatukan jadi kesatuan oleh Ca++
· C1q yang berikatan pada Fc Ab
· C1s à proteolitik à C4 & C2 à menghasilkan enzimC4,2 (disebut C3 konvertase)
· C4,2 à berikatan dengan permukaan sel , proteolitik à bereaksi terhadap C3 à dipisah C3a +C3b
Jalur Alternatif
· adabya konvertase C3
· aktivasi komplemen tidak melalui C1 & C4
Secara Normal :
C3 terurai perlahan-lahan terus menerus dan spontan à jadi C3a & C3b (kalau tidak ada bakteri maka C3a & C3b di nonaktifkan, bila tidak di nonaktifkan maka akan merusak sel tubuh sendiri).
Ab à komplemen terikat à tidak berfungsi komplemen à darah tidak lisis
Ab tidak ada à komplemen lepas à darah lisis.

Aktivasi sistem komplemen























Konsekuensi Respon Imun
Syarat R.I
· pernah / sedang à pemekaan Ag
· Individu sudah dipekakan (sensitized individuals)

Konsekuensi R.I
R.I Protektif :
Humoral
Selullar
R.I toleran
R.I hipersensitif

R.I protektif
Ad. R.I humoral
· mencegah perlekatan / penetrasi
· netralisasi toksin
· opsonisasi
· bakteriolisis/ virolisis
· ADCC (Antibody Dependent Cell- Mediated Cytotoxicity) à oleh Killer cell dan magrofag
· ADCC like proses à oleh eosinofil terhadap sasaran nematoda
· Menghambat motilitas
· Inhibisi metabolisme

R.I seluler
TE à membunuh langsung
Membunuh dengan bantuan limpokine / limpotoxin
E : efektor
Limpokin :
· khemotoxic à limposit, makrofag, neutrofil dan eosinofil
· immobilisasi sel-sel tersebut à ditempat infeksi sel TE dan sel sasaran
· proliferasi sel à limfosit
· aktivasi fagositosis dan kemampuan membunuh dari magrofag
· fibroplasia meningkat à oleh makrofag
à membentuk sequestratisn foki
Infeksi à dalam jaringan ikat
Kolagen à “walling – off” Infeksi

R.I toleran (tidak menguntungkan dan tidak merugikan)
Tidak mampu bereaksi terhadap Ag spesifik
· dapat dibuat
· dapat booster
· dapat hilang à tidak ada booster
· spesifik
· perlu pemekaan


R.I hypersensitif
Imunophatology : adanya R.I / kealpaannya à mungkin penyebab utama penyakit.
Ex :
1. Inflamasi
· infeksi foxvirus
· Cmi yang baik à nekrosis fokal (RI bagus)
· Cmi lemah à tidak ada nakrosis (RI tidak bagus)
· Keduanya respon imun seluler
2. Alergi
Alergen (pollen, bulu, komponen makanan)
à RI merugikan
(antibodi melekat pada sel mastosit lewat Fc atau Ig E autologi à berespon terhadap komponennya sendiri, tubuh sendiri)
Ex : defisiensi tiroid/ Hashimoto’s
Tiroiditis à autologi terhadap epitel tyroid

Hipersensitivitas type I / tipe segera (ommediete hipersensitivity)
- Ab (Ig G, Ig E) berikatan dengan sel (mastosit, basofil, platelet) bergabung dengan Ag à berikatan silang pada permukaan sel tersebut.
- Ab (reagin) / Ab homositotropik à melekat lewat Fc à mengukat Ag (alergen).
- Sel à menyebabkan mediator
o Vasoaktif
o Chemotaktik
Ex :
· histamin
· Slow reakting substanccce of anaphylaxis (SRS-A)
· Prostaglandin
· Kinin
· Eosinofil chemotactic faktor

Akibat produk-produk yang mengalami granulasi maka menyebabkan suatu:
- kebocoran Pembuluh darah
- kontraksi otot polos
- pembesaran mediator segera à efek segera (kurang dari 30 detik ) à immediete.

Reaksi dapat bersifat :
· sistemik à bersifat umum à anaphilaxis
tanda-tanda keadaan anaphilaxis pada paru , usus dan kulit :
§ kesusahan bernafas (dispnue) : adanya utricaria pada broncus dan dapat menyebabkan kematian
§ diare
§ urinasi
· lokal : mucosa hidung konjungtiva
o eosinofilia à untuk melawan mediator histamin dan prostaglandin .
eosinophilia mengeluarkan enzim (histaminase) yang menetralkan histamin dan prostaglandin.
Hipersensitivitas tipe I ini dikatakan :
· ada korelasi dengan invasi parasit tertentu
· sebagai upaya menyingkirkan parasit
Ex : schistomiasis.


Hipersensitivitas tipe II (cytotoxicity)
Adanya interaksi antigen (Ag) berasosiasi melekat pasif pada membran target sel dengan Ab (Ig M, G) pengikat Complemen à lisis sel.
Ex :
- anemia hemolitik à transfusi darah yang cocok
- hemolitik isoimun
interaksi Ab spesifik terhadap RBC lewat transfer maternal –fetal atau maternal neonatal
dapat terjadi à man, kuda, babi dan sapi

Pada babi
Lisis isoimun à sel platelet:
- autoallergik hemolitik anemia
- interaksi Ab dengan Ag yang melekat pasif pada pembentukkan RBC à lisis











Hipersensitivitas tipe III (immun complek)
Interaksi Ag dengan Ab pengikat complemen à Ag – Ab – C (Immune complex).
· bila Ag-Ab equivalen à complex imun (insoluble) à difagositosis
· bila Ag lebih (Ag Axecess) à solubel complex (tidak difagositosis) à sel fagosit
melimpahkan enzim hidroltik à sel lain (normal) à mati









Example:
serum sickness
terjadinya sistemik
pembesaran protein serum asing (sebagai Ag)
dalam volume besar
Ex : anti tetanus serum
Ag sirkulasi à sintesis Ab terhadap Ag
à Ag –Ab – c dengan Ag berlebihan
à complemen Ag-Ab-c terlarut
Infeksi persisten
Ab tidak protektif à Ag viral lebih à ag – Ab – C terlarut
berbentuk lokal
- tempat suntikan vaksin
- Ag lebih à regional à
o Vaskulitis
o Nekrosis
o Peradangan perivaskuler
Yang kesemuanya merupakan “reaksi arthur”
Contoh: infeksi persisten
· equine Infectiouse anemia à kuda
· Hog Cholerae à babi
· Aleutian mink disease à mink
· Feline infectious peritonitis à kucing
sistemik lupus erythomatosus (SLE)
- Ag-Ab-c terlarut à terjerat pada tempat filtrasi (seperti ren)
- C3a, C5a à menarik neutrofil à enzim lisosomal à peradangan
- Degranulasi mastosit à chemotaxis
Vasoaktif

Hipersensitivitas tipe IV
Call mediated Immunological injury : delayed type hipersensitivity / DT H)
CMI terhadap :
- auto antigen
- Ag parasit
- Allergen tanaman, makanan kemikelia
- Ag mycobacterial à tuberkulinasi
- Ag Freuds complex adjuvant à adjuvant mengandung TBC
- Haptenkimia :
o Dinitro chlorbenzene
o Kosmetik
o Insektisida
Ag à sel T à T peka (sensitized T cell)
Ag à S T cell à limpokine à menarik :
· makrofag
· neutrofil
· eosinofil
· basofil
predominan à limfosit dan magrofag
akumulasi perivaskuler à granuloma à fibrosis & nekrosis sentral

Hipersensitivitas tipe V (stimulasi)
Grave’s disease à auto Ab bergabung
Ag epitel tiroid à bebas hormon tiroid à clinical hiperthyriodism
Efek stimulasi Ab à disebut reaksi tipe V


Respon Imun

Imunitas terhadap infeksi bakteri
Vertebrata à benda ading, termasuk bakteri :
· komensal
· opurtunistik
· patogenik

mekanismenya:
- memelihara hemostatis
- mempertahankan terhadap infeksi bakteri

mengembangkan sistem imun :
- berbagai mekanisme
- melindungi dari benda asing

prinsip imunitas à 2 kategori
imunitas alami (innete immuniti)
fisik dan kimia
seluler
non spesifik
non anamnestik
tidak perlu rangsangan
imunitas perolehan (required immunity)
mampu mengembangkan
perlu rangsangan
spesifik à hanya bereaksi dengan yang merangsang
anamnestik
melengkapi dan imunitas alami

kerja sistem imun
melalui reseptor à pada sel-sel imunitas alami
sel makrofag dan sel dendritik, yang keduanya non klonal yang berarti non spesifik
sel limfosit B
sel limfosit T
yang keduanya klonal

derajat spesifitas reseptor
rendah : makrofag dan dendritik
sedang : antigen histocompability I & II
tinggi : limfosit B & T à dapat membedakan antigen spesifik tingkat molekul


imunitas perolehan
· hanya muncul bila ada rangsangan benda asing / antigen berupa parasit, virus, bakteri, dan sel tubuh yang dianggap sebagai benda asing à untuk melawan benda asing tersebut.
· interaksi epitope dengan reseptor antigen pada permukaan sel sistem imun
RI protektif : jika RI diarahkan pada faktor virulensinya.
Bakteri à organisme kompleks

Terdiri berbagai epitope (penentu Ag / Ag determinant)

Respon imun diarahkan
- toxin à menyebabkan patogen (benda asing), ex : tetanus
- adhesin bakteri , ex : E. Coli (enteroinvasif à melekat pada epitel usus)
- kapsul
- flagella, pilli dan
- permukaan antigen lainnya
RI protektif (melindungi tubuh kita)
· respon imun pada faktor virulensi (yi kapsul, flagella, etc)
ada dua kelas utama:
toxin à biasanya larut
molekul permukaan, berkaitan dengan :
i. meninkatkan adhesi (perlekatan)
ii. mengurangi daya tarik sel fagosit

virulensi à sifat pilogenik m.o :
- toxin
- molekul permukaan
- derajat pertumbuhan
- keperluan nutrisi
- efisiensi iron uptake
- sensitivitas temperature
- aktif terhadap enzym / oxidant

mekanisme patogen spesifik
kolonisasi à tanpa kerusakkan
invasi (masuk lebih dalam à merusak jaringan yang ditempati à multiplikasi à kerusakan lebih dalam)
eksotoxin & endotoxin (atau keduanya à bila tidak ada menghasilkan toxin à kerusakkan lokal / sistemik)
keradangan, alergik dan jaringan fibrotik


Antigen Bakterial
Benda asing :
· permukaan makromolekul asing à interaksi dengan reseptor antigen / permukaan sel sistem imun.
· Antigen à benda asing à biasanya respon imun
· Imunogen à benda asing à selalu respon imun
· Hapten :
o BM kecil
o Tidak menimbulkan respon imun
o Hapten + mol pembawa (protein) à RI à antibodi à bakteri spesifik dengan hapten tersebut.
· patogenesis : derajat kemampuan benda asing à bereaksi spesifeik dengan antigen immunogenesitas.
· Imunogenesitas : derajat kemempuan benda asing à menimbulkan RI spesifik
· Penentu derajat / antigen determinant/ epitope
o Bagian dari benda asing
o Bagian dari berinteraksi dengan antigen / sel B / sel T
o Berinteraksi dengan produk sel B / sel T
Bakteri terdiri dari : subtansi kompleks
Terdiri dari komponen : protein

ßglikoprotein + LPS polisacharida , dll.

V
Masing-masing mempunyai epitop (multiple)
Masing-masing tipe à dapat lebih dari satu (polivalen)

Epitope : suatu tonjolan asam amino protein globuler (tonjolan rantai suatu polysacharida).
RI biasanya à diarahkan à pada epitope permukaan m.o à epitope yang lebih dalam
Ukuran epitope : sangat kecil

Struktur epitope :
· asam amino dari protein globular
· atau rantai sisi gula à suatu polisacharida
Terbatasnya ukuran epitope à sehubungan denga batasan kemampuan menampung antobodi pad Fab terhadap antigen “ antigen binding region Ab”

Ig G à mampu menampung :
· 5-7 residu AA suatu protein atau
· 3-6 residu gula polisacharida

Bantuan sel T à respon imun , ada dua antigen :
antigen tymus independent
antigen tymus dependent

keterangan :
antigen tymus independent
BM besar
Polisacharida kapsul tipe ii pneumococcus (ulangan cellubioromic acid)
Ficcol (ulangan sucrose)
Dextron So4
LPS gram –
Biasanya ATI à produk Ig M (tidak mampu kenangan immunoglobulin)
Satu antigen dapat mempunyai epitope (monovalen) = bila jumlah satu tapi tipe banyak.
Monovalen à tidak menunjukkan reaksi silang dari Ab yang Ag yang lain (cross reaction).
Polivalen à banyak epitope sehingga banyak mempunyai kesamaan sifat antigen à yang muncul reaksi silang bila diadakan uji aglutinasi à pembuluh darah kemungkinan sal pollurom / s gallina kebanyakan antigen bakterial mempunyai sejumlah epitope (multivalent).

Epitope tersebut dapat 1 tipe atau beberapa tipe, tipe yang berbeda-beda antara lain:
univalent , unitype – hapten



multivalen , unitype – polisacharida



univalent, multitipe - protein



multivalen , multitype, protein polymer
dapat dibuat monovalen dengan mengambl 1 epitope disuntikkan pada hewan percobaan, diambil dengan pancing antigenik à dapat menimbulkan RI tinggi kemudian di murnikan.







Imunitas tehadap bakteri

Pertahanan tubuh :
non spesifik
spesifik
berbagai mekanisme pertahanan tubuh non spesifik (kimia, fisik, seluler, dll) à lihat contoh depan.
Bakteri

Pertahanan tubuh terhadap bakteri

Fisik :
- kulit
- membrana mucosa
- mucus
- reaksi batuk dan bersin
- peristaltik
seluler:
- neurofil
- monosit
- eosinofil
- makrofag
kimiawi:
- pit lambung
- asam lemak
- garam empedu
- enzym
pertahanan non spesifik à hanya sejumlah kecil mo dapat masuk dan menyebabkan infeksi (mo patogen).
Biologically induced immunosupresion
Agen infeksi antara lain:
· rubella,
· pox
· fellline panleukopenia (viral enteritidis)
· felline leukemia
· mareks disease
· avian leukosis
· IBD
· Equine viral Rhinopneumonitis

Efektivitas RI tegantung pada:
Kemampuan vertebtara / makhluk hidup dalam merusak komponen bakteri, dari segi patologik ada 4 type dinding sel (ada ubungannya dengan cara menghancurkan bakteri):
dinding sel G -à terdiri dari dua lapis yang menyatu (linear + outer , LIT) à dapat berfungsi sebagai antifagositosis
dinding sel G + à hanya memepunyai satu lapis dinding
dinding mycobakterium
terdiri dari senyawa yang seperti lipid à mycobakterium , nocordia, corynebakterium
dinding spirocheta à dinding sel dapat bersifat toksik terhadap sel phagosit

permukaan sel bakteri :
· fimbrial à semua bakteri berfungsi untuk melekat
· kapsula
· flagella
· protein
· polisacharid ß punya epitope à sasaran antigen.
· substrat lain
struktur dinding sel à menentukan mekanisme penghancurannya
pertahanan nonspesifik
· secara enzymatik à sasaran peptidoglikan
· protein à kationik
à komplemen
Sasaran LPS (outer lipid bilayer), efektif terhadap LPS gram –
Dinding sel mycobakterium à tahan enzymatik
Kapsula bakteri à mempersukar fagositosis, dapt dipermudah oleh Ab

Produk-produk/ komponen oleh bakteri yang dapt :
· memodulasi respon imun walaupun tidak spesifik
· meningkatkan respon imun à secara non spesifik à adjuvant
· menekan RI pada konsentrasi yang serasi :
antara lain:
- LPS
- Arabino galactor mycobact
- PPD (purified protein derivative) mycobact
- Leran
- Flagellin
- Kapsula
- Peptidoglikan spirochaetae
- Protein A staphilococcus
- Fraksi dinding sel listeria, dsb

ada dua cabang RI :
RI humoral à agen infeksi extracell (cairan tubuh)
à produknya toxin
RI celluler à agen infeksi intrasel obligat
à agen infeksi fakultatif intrasell
Ada dua cabang RI :
1. humoral à diperantarai oleh Ab
2. selluler à diperantarai oleh sel

hampir semua bakteri dapat dibunuh oleh fagositosis à yang kemampuannya dapat ditingkatkan oleh :
- Ab atau
- Limfokine


Bakteri fakultatif intrasell dan mekanisme ketahanannya:
bakteri
Mekanisme pertahanan
B. abortus
Dinding sel resisten
Memblok fusi phagosom lysosom
Corynebacterium pseudotubercullosis
Lipid dinding sel à toksik terhadap makrofage / fagosit
Listeria monocytogenes
Menetralkan respiratory burst
S. typimurium
LPS dinding sel à bersifat Ag somatik / antigenik/ antifagositosis
Mycobacterium tubercullosis
Lipid dinding sel
Memblok fusi phagosom & tahan terhadap enzymnya di digesti yang dilakukan oleh lysosom



Pada umumnya agen infeksi diakhiri oleh kedua cabang RI, yaitu :
- RI humoral
- RI seluller
Kecendrungan salah satu lebih berperan.

Peran R. humoral membunuh agen infeksi:
mencegah perlekatan pada target organ & penetrasi
dilakukan oleh Ig A, G, M à terhadapadhesin bakterial
- gonococci
- streptococcus
- bordetella bronchoseptika à pada anjing di paru-paru
- pili K88, K99 E. Coli à babi dan anjing
- komponen kapsuler
- adhesin bordetella Bronchoseptika
menghambat metabolisme dan pertumbuhan
- mycoplasma
menetralkan toxin à Ig A, G, M
- tetanus
- dipteri
- E. Coli
o Toxin e. Coli:
§ Enterotoxin E.C (ETEC)
§ Enterofagosit E.C (EFEC)
§ Enteroinvasi E.C (EIEC)
§ Shigella like E.C (SLEC)
meningkatkan fagositosis à Ab terhadap kapsul
- H. Influenza (hemophilus)
- Klbsiella pneumonia
- Streptococcus, staphilococcus
- Pseudomonas
- Pasteurella
o P. multosida à ngorok, diberbagai negara memiliki tipe yang berbeda.
aktivitaas sistem komplemen à komplemen jalur klasik
- peradangan meningkat
- fagositosis meningkat
- lisis bakteri
Aglutinasi m o
- mengurangi jumah unit bakteri
- mempermudah fagositosis
menghambat motilitas
- proteus à UV à pada anjing
- camphilobakter à servick
- motilitas cepat sehingga menyebabkan kluron
bakterioliosis (dengan perantaraan komplemen)
- sasaran komplemen mediated lisis
- bakteri kaya LPS à lebih tahan
- bakteri G + à lapisan tebal (melindungi membran sitoplasma)
pembebasan vasoaktif (Ig E) à berikatan dengan Ag à Ag melekatkan pada basofil / mast cell à granulasi yi chemotaktik faktor berupa limfokine, monokin, sitokin
antibodi dependent cell mediated cytotoxicity (ADCC) dapat membantu
- killer cell
- makrofag à menjadi sel yang dapat membunuh benda asing/Ag
- eosinophilik

Peranan CMI (cell media Immunity)
· menghambat replikasi
aktivasi makrofag
o meningkatkan Fagositosis
o meningkatkan kemMPUn membunuh
o menghambat kemampuan bakteri dalam memblok fusi Phagolysosom
o reaksi CMI terhadap bakteri intrasell à meningkatkan imunitas nnspesifik terhadap bakteri intrasel
akibat RI humoral dan seluler
· RI protektif à mempunyai dampak + yaitu melindingi tubuh terhadap agen infeksi
· RI hipersensitif à merugikan bila sampai tingkat yang melebihi (antara 1-5)
· RI toleran à bila respon humoral tapi tidak dapat berinteraksi dengan Ag tadi + / -
Dalam gejala ringan seperti biduren à tidak menjadi autoimun akibat munculnya RI humoral yang berlebihan.


Respon Imun Terhadap Virus

Virus : partikel sangat kecil
Bagian tengah à asam nukleat :
- single stranded
- double stranded
lapisan protein à capsid : sub unit : capsomer
beramplop atau tidak
virus à parasit intraselluler obligat
menyerang / mengubah sifat sel
berat ringan penyakit à perubahan sel

virus à infeksi sel jaringan limfoid
menginfeksi organ limfoid primer
virus herpes à mencit à nekrosis masif kortek tymus
virus IBD à ayam à nekrosis BF à atropi limpa, tymusà rusak à tetapi dapat sembuh
menginfeksi organ limfoid sekunder
Virus distemper à virus dijumpai di tonsil, kel limfe, bronchi, limfe, ss tulang à rusak
virus panleukopeni à virus di germinalnya
virus leukemia
virus diare à sapi à limposit hancur di kel limfe, limpa, timus
merangsang aktivitas jar limfoid
virus à penyakit visna
penyakit aleusia
menyebabkan neoplasia limpoid
- virus marek
- leukemi pada kucing, sapi dan mencit

Pertahan terhadap virus
interferensi : resistensi non imunologis
- proses penghambatan replikasi virus
- penghambatan karena à produk interferon
interferon à produk sel tertular virus
glikoprotein
BM 20.000 à 34.000 dalton
kelas Interferon
α Interferon (α – IFN), produk leukosit tertular virus
β Interferon (β – IFN), Fibroblas tertular virus
γ interperon (γ – IFN )
limfokin à sel T, sel B, sel NK à terangsang Ag
α, β, γ interferon à stabil Ph 2 à semua tahan panas
γ – IFN lebih

α Interferon dan γ interferon dihasilkan oleh karena adanya hubungan antara material genetik dari virus yang bergabung dengan ribosom dari hospes yang menyebabkan terjadinya depresi DNA dari sel yang terinfeksi sehingga akan mengkodekan untuk menghasilkan suatu produk bernama interferon, dan interferon ini masuk kedalam sel yang belum kemasukkan virus, depresi DNA sel membentuk protein penghambat translansi (PPT) m RNA maka PPT menghalangi akatan RNA virus dan Ribosom .
Interferon berperan menghalangi m RNA dengan material virus maka tidak ada replikasi virus.

Sumber utama interferon adalah sel T, tapi bisa juga dihasilkan bahan-bahan lain yang mirip dengan genetik virus , ex : polimergenetik: inosianat
As sitidilat
Bahan à stimulasi antara lain : endotoksin, ekstrak à fitohemaglutinin
Polimer sintetik mirip virus.


Peranan Interferon
Mencagah Replikasi Virus
Pengaturan aktivitas RI
Yaitu : meningkatkan aktivitas sel suressor dan sel citotoksin terutama terhadap sel NK, NK akan meningkat terhadap sel tumor (anti tumor) dengan adanya interferon.
Sel NK meningkatkan anti sel tertular virus, makrofag meningkat untuk menghancurkan sel tertular virus.
menghancurkan virus dan sel tertular virus yang dilakukan oleh RI humoral RI terhadap virus biasanya ditujukan pada capsid atau amplopnya. Ab (RI humoral ) dalam menghancurkan virus dan sel yang tertular menghalangi absorbsi virus. Menstimulasi & merangsang fagositosit terutama makrofag, menyebabkan aglutinasi , yaitu mengurangi unit-unit virus à kumpulan yang lebih besar à mudah di fagositosis atau bisa dilakukan netralisasi.

Ab aktif terhadap protein virus dan sel tertular virus

Karena virus meninggalkan sifat-sifat antigeniknya dalam permukaan sel.

Ab à penghancuran sel tertular :
· sitolisis à perantara komplemen
· aktivitas sitolitik à limposit, makrofag, neutrofil à receptor Fc yang terikat sel target terlapisi Ab.

Immunoglobulin à aktif
· Ig G , Ig M menetralisasi dalam serum
· Ig A à sekresi
· Ig G à penting à kuantitatif
· Ig M à penting à kualitatif

penghancuran virus & sel tertular à RI seluler
Ab à mengilangkan à virus beredar
RI seluler à menghilangkan sel tertular virus
Ex : fibroma pada kelinci
Ab à virus beredar
RI à mengecilkan tumor, karena menghancurkan sel yang terkena virus.

Mekanisme :
utama : sel T citotiksik à mengenali Ag histokompabilitas yang berubah.
kedua : sel NK à mengenali & menghancurkan sel yang abnormal

Aktivasi interferon
Makrofag à kemampuan menghancurkan sel tertular virus

Aktivasi interferon

Pengelakan virus terhadap RI
· variasi antigenik
ex : virus influenza. Mempunyai beberapa Ag permukaan berbeda-beda seperti hemaglutinin & neurominidase.
Mempunyai : 13 macam H à virus Influenza tipe A
9 macam N
Meghilangkan ag pada permukaan sel tertular virus.







Respon Imun Terhadap Tumor

Tumor : pembengkakan à peradangan, Infeksi, kanker
Tumor : proliferasi dari sel (seluler) à pertumbuhan baru = neoplasma = neoplasia
Tumor 2 macam :
jinak (neoplasma malignant)
merusak, menyerang jaringan sekitar
menyebar à seluruh tubuh
neoplasma benigna (ganas)
tidak menyerang
non invasif
asal usu tumor:
asal epitelial à karsinoma
asal sel mesenkim à sarkoma
pada hospes yang normal (sel normal)
jarinagn/ organ à tumbuh à mengikuti mekanisme (yang tumbuh dan kematian sel seimbang) à ukuran dipertahankan
beda dengan tumor , yang membelah cepat dan sel yang mati dibiarkan menumpuk à menjadi masa yang besar.

Ada 2 fase pertumbuhsn tumor
fase pertama à dimana sel tumor membelah dan mendapat makanan dari sekitarnya à besarnya lambat, makanan secara difusi.
fase kedua à dimana sel tumor mendapat makanan dari pembuluh darah yang dibuatnya sendiri. Pembentukkan pembuluh darah sendiri : faktor angiotensin à dibebaskan à stimulasi pembuluh darah baru. Maka tumor cepat besar.pembuluh darah baru menembus lapisan sel luar tumor à sel luar proloferasi , sel-sel yang mati menjadi bagian dari tumor.

Penyebaran tumor :
Penyebaran dari suatu tempat à ke tempat lain = metastasis à melalui :
- sirkulasi darah
- saluran limfe
bagaimana terjadi tumor ?????
upaya meninggalkan RI terhadap tumor?

Struktur antigenik tumor tergantung :
faktor penyebab : kimia , viral , spontan
asal jaringan & species hewan
perbedaan sangant besar à agen kimiawi tentang tetap struktur Ag à beda sel , jaringan , sp

Tumor à oleh Virus
· perbedaan Ag tidak menyolok
· banyak kesamaan : oleh group virus berbagai species hewan
virus à ikut menentukan / mengkode Ag pada sel :
o dalam inti
o permukaan sel


RI à mudah dikembangkan.
Tumor oleh virus
Ex : leukemia sp & unggas
Mareks pada ayam
Sarkoid pada kuda
Dalam bentuk vaksin à mencegah terjadinya tumor.

Resistensi terhadap tumor
ex pada mencit
tumor pada mencit à dipindah ke mencit lain à species sama à tumornya yang beda à tumor bertahan sementara à namun lama2 hancur / ditolak oleh resipien.
Penolakan : RI spesifik terhadap Ag tumor
Terhadap allantigen :
Sel tumor masih memunyai Ag dari sel asal à penolakan dapat karena RI terhadap alloantigen yang berbeda pada hospes.
mencit syngenic
bukti bukan karena alloantigen
percobaan : gross, foley dan Prehn
main
mengatakan : mencit à punya imunitas / mekanisme
protektif à terhadap jaringan
malignan à karena RI
menurut syngenik : secara genetik identik

Teknik percobaan
Potongan sarcoma mencit dipindahkan ke mencit lain , maka dibiarkan beberapa waktu, cukup stimulasi RI. Kemudian tumor dipisahkan dengan cara diligasi (dioperasi), kemudian mencit akan menjadi sembuh, apabila mencit yang sembuh ini di tantang dengan tumor sarcoma yang sama maka mencit akan mampu menolak.

Kesimpulan :
Pemindahan pertama tumor à menstimulasi RI
timbul imunoreagen (Ab) spesifik à terhadap Ag tumor
RI humoral à walaupun hasil belum memuaskan.
RI seluler

Antigen tumor
Antigen transplantasi spesifik bagi tumor (tumor spesigik harus plantation antigen = TSTA).
Nama tersebut berkaitan dengan :
- cara mengkode mendeteksi Ag spesifik tumor
- mengukur penolakan tumor

kesimpulan :
tumor oleh virus : penentu Ag yang sama = group spesifik TSTA
tumor oleh agen kimia : masing-masing mempunyai Ag yang berbeda
tumor berbeda : luas dan besarnya à immunogenitas
tumor à kimia à immunogenisitas tinggi
virus
tumor à spontan à immunogenesitas lemah.

Empat kelas antigen tumor
antigen Oncofetal / embrionic Oncofetal Antigens
ex:
- Ag karsinoembrionic colon à kanker kolon (CEA)
- Alpha – fetoprotein (α – FR à hepatocarsinoma)
Ag ini à diekspresikan pada sel-sel fetus
CEA à permulaan tumor
· asal :
o saluran pencernaan
o pancreas , hati , kandung empedu
· berupa glikoprotein

alpha fetoprotein:
- secara normal à kantong kuning telur
sel-sel hati fetus
- dihasikan juga : sel-sel tumor malignant
asal dari kedua jaringan tersebut

Antigen Oncofetal à berpartisipasi RI terhadap tumor.
Antigen pada tumor à virus Oncogenik DNA
Ag Protein struktural virus à inti sel
= Ag T
Di kode genom virus
Stimulasi produksi Ab
RI terhadap antigen ini tidak penting à karena antigen berada dalam inti. Antigen yang terdapat pada permukaan sel tumor
= surface Ag = Ag S
= dikode genom virus ?
= atau sudah ada dalam sel à transformasi.

Antigen tumor à kimiawi Carsinogen
· sifat spesifik
· tergantung pada zat kimia à Ag permukaan yang unik
· mungkin Ag à bukan komponen dari sel normal.

Ag tumor à Oncorna virus
· transformasi sel – Ag protein viral

pengawasan tumor oleh sistem imun (immun Surveillance)
masih banyak teka-teki??????
Apakah ada Immune Surveillense terhadap tumor????

Tahun 1908 Poul Enrlich berpostulasi:
Sel kanker à tumbuh dalam tubuh à keasingan Ag tumor à dihancurkan oleh sistem imun.



Kanker ≈ dengan konstituen tubuh yang berubah.
Postulasi à dikembangkan à disebut “ IMMUNE SURVEILLENCE”, oleh Thomas , Burnet dan Good.
Postulasi ini mudah diterims/ difahami karena : sederhana dan logis.
Tetapi ini / hasil à tidak seragam , sehingga konsep ini meragukan.
Tumor à oleh viral à postulasi oke, tapi apabila diterapkan pada tumor spontan????

Pada Nude Mice à tymus cmi tidak ada, sehingga jarang kena tumor.
= apakah ada mekanisme alternatif???
= belum ada jawaban jelas???
Nude mice / nu-nu mice à tidak berbulu / telanjang

Mekanisme pelarian tumor dari sistem immun
- beberapa tumor à terhindar dari sisem imun
- tumor tumbuh à dapat mengatasi dan menghindari RI

beberapa mekanisme tumor menghindari sistem imun
penyelinapan / senukingthrough
adanya mekanisme à dipertanyakan??
Beberapa laporan :
o reispien singenik
o resipien Allogeneic
Inoculasi dosis kecil à sel tumor
Dapat menyelinap à tumbuh, mampu mengalahkan tuan rumah, tidak sejalan dengan teori Immune Surveillence.

Immunosupresi oleh tumor
Tumor dapat menekan RI à berbagai cara:
o menyerang jaringan Lymfoid
o sekresi terlarut tumor à menghambat reaktivitas imun
o extrak sel tumor à menekan RI
walaupun sasaran spesifik dan mekanisme kerja belum jelas.
Mekanisme yang jelas :
Faktor-faktor ini dapat menekan fungsi makrofag.

modulasi antigenik
tumor à pasasi beberapa kali pada hewan
Immun à hilang antigenisitasnya pada permukaan sel
Mungkin ? à karena penyelubungan Ag permukaan sel tumor oleh Antibodi.

hambatan RI oleh
Blocking Faktor à berupa antibodi atau kompleks Ag-Ab pada serum.
In Vivo à meningkatkan pertumbuhan tumor
In Vitro à mengganggu Esei sitotoksisitas

ketidakseimbangan kuantitatif antara RI maksimal dengan derajat pertumbuhan tumor.
Walau tumor à banyak dirusak sistem imun bila tidak ada keseimbangan dengan pertumbuhan tumor à sistem imun kalah.
RI terhadap tumor

RI spesifik à distimulir oleh antigen tetepi protekif
· RI humoral (Ab)
· RI seluler (Te dan Limfokin)

mekanisme efektor nonspesifik
semakin dewasa semakin berkurang (tumor menyerang hewan).
· NK cells – sel O à granulla besar :
o Lisis spontan terhadap cell line (tidak semua)
o Produksi interferon dan aktivasi meningkat oleh interferon tertentu terhadap tumor oleh virus.

sel à berperan RI protektif terhadap tumor
limfosit T
limfosit B
sel NK ? K
i. immunogen
ii. punya reseptor Fc
makrofag
sel Nk (natural killer)

mekanisme nonspesifik
sel NK :
· large granular limphocyte (LGL), sel Null
· makin tua – sel ini menurun à neoplasma meningkat
· lisis spontan terhadap cell line (tidak semua)
· produksi interferon dan aktivitas meningkat oleh interferon terhadap tumor oleh virus
· partisipasi oleh ADCC

Sel Null Atau K
· lisis sel sasaran yang diselubungi Ab
· sel ini tidak perlu pemekaan
· penolakan terhadap tumorà belum jelas
· invitro :
o sebagai sitotoksisitas
· invivo :
o sedikit informasi tentang pengaruh pertumbuhan tumor

Aktivated macrofag
· sitotoksik
· menghambat pembelahan sel tumor (invitro)
· sel-sel efektor non limfosit à paling penting immunitas terhadap tumor
· peranan yang jelas terhadap katahanan tarhadap tumor kurang.
· Aktivitas makrofag dapat ditingkatkan :
o BCG
o Coryne bakterium parvum
o Endotoksin
o Lipid A
o Interferon
o Limfokin
· sktivated makrofag à partisipasi dalam ADCC

Interferon
· meningkatkan sel NK , makrofag
· menstabilkan sel-sel normal terhadap lisis
· melindungi terhadap infeksi virus oncogenik.

Komplemen :
· aktivasi nonspesifik
· menghancurkan virus RNA
· interaksi dengan protein virus pada mambtran sel


Mekanisme Spesifik Immunogenik

RI spesifik
terhadap tumor malignan terdahulu mempunyai TSTA à sudah berkembang baik.
Derajat paling tinggi à Ag tumor oleh virus
Derajat rendah à Ag tumr oleh kimia / fisik
Derajat paling rendah

RI humoral
Sasaran à TSTA, Ag viral pada membran sel tumor
Lisis oleh komplemen: efektif bagi sel metastatik bebas
Aktivitas lisis melalui ADCC “Blocking Antibody”
· melapisi antigen tumor atau
· membentuk komplek dengan Ag tumor (Ag-Ab kompleks)
keduanya menghambat Te citokcisity dengan memblok reseptor Te
· Ag tumor terlarut yang dibebaskan sel tumor à dapat memblok reseptor Te (tefektor).
· Individu à pengecilan tumor
· Mungkin menghasilakn unblocking antibody sehingga membatalkan Blocking Antibody.
RI selluler
Te Citotoxis
Mengenal TSTA, MHC sendiri / MHC berubah
Mekanisme penting terhadap tumor.
Lymphokine
Mengaktifkan sitotoksik makrofag.

Immunosupresi
· induk sel T supresor
· menekan makrofag
· Ag tumor à memblok reseptor sel Te
· Tumor menyerang jaringan limfoid à sel B / sel T

Immunoterapi
· neoplasma buatan à RI kurang efektif, beberapa seperti menekan RI
· tumor à virus à RI protektif baik, vaksin dapat dikembangkan

immunoterapi ada 2 macam:
non spesifik
stimulator non spesifik à untuk meningkatkan respon immun.
DNCB à tumor kulit
DNCB à pemberian secara topikal à hipersensitivitas lokal à tumor kulit rusak.
Berefek sebagai Adjuvant seperti:
· BCG
· Corynebacterium parvum
· Levamisole
· Mycobacterium bovis
· Bakterium Partuisis
Ket : DNCB : Dinitro Chloro Benzen à tumor kulit
Aktivitas CMI di tingkatkan
· chemotaksis
· produk-produk sel : limfokin dsb

Spesifik :
Ag tumor à bereksi silang dengan tumor penderita

Harapan : terbentuk RI secara spesifik
Immunotoksin : Obat sitotoksik dikonjungasi dengan Ab , (Obat) antibodi melekat pada antigen tumor (ada obat) sitotoxin, Ab mencari Ag tumor à dibunuh.


Immunitas terhadap Parasit

Pengetahuan tentang parasit :
Dahulu :
- morfologi
- siklus hidup
- transmisi
- khemotherapi
Akhir2 ini:
- sifat biokimiawi
- virulensi
- RI
Keterbelakangan study ini RI terhadap parasit karena (kendala)
parasit sudah tidak masalah di negara , sudah berkembang, kebanyakan daerah 4 musim
ada anggapan parasit kurang antigenik / immunogenik
kesukaran mencari model hewan percobaan
komplexnya Ag parasit dan aneka ragam tuan rumah tergantung siklus hidupnya à kesukaran atenuasi
Kesukaran mengkultur
kurang komunikasi para ahli parasit dengan immunologi

parasit berhasil :

- mampu adaptasi
- menyatu diri
· tidak diukur dari gangguan yang timbul
· immunologi à menyatu diri à tidak asing

kekebalan terhadap cacing
sistem imun :
- belum nampak berhasil
- tidak efisien à dalam pengendalian

Adaptasi

Dapat mengatasi / mengelak
Timbul penyakit :
- ringan
- subklinis

Akut à parasit cacing menyerang induk semang
- belum sepenuhnya sesuai/
- jumlah besar

mekanisme katahanan terhadap cacing
I. Immunologi
Faktor pengaruh infeksi cacing
a. berasal dari induk semang
i. jenis kelamin > sifatnya hormonal
ii. umur
parasit menyesuaikan siklus reproduksi dengan yang dimiliki induk semang:
ex : telur nematoda à dalam feces meningkat pad domba betina
toxocara (ada kelahiran & laktasi )
larva induk à migrasi ke hati fetus à anak lahir tertular
keturunan / genetik
Ex: domba HGAA lebih tahan daripada Hb BB à terhadap;
· H contortus
· Oestargia circumcinota
b. berasal dari cacing
o kompetisi intra species
ex : dewasa cestoda dalam usus à memperlambat perkembangan larva dalam jaringan.
o habitat
o makanan yang sama

II. Immunologis
Cacing dalam 2 bentuk:
a.larva dalam jaringan
b.cacing dewasa
· saluran intestinum
· saluran respirasi
RI thd Ag cacing:
1.IgM,G,A
2.IgE lbh tinggi

Terserang parasit à individu àIgE menigkat à tanda-tanda klinis:
· hipersensitivitas
· eosinofilia
· edema
· dermatitis
· urticaria

Anafilaksis kutan pasif à infestasi cacing
- Oesophagustomiasis
- Ancylostomiasis
- Strongyloidosis
- Taeniasis
- Fascioliosis

Ag cacing
- stimulator Ig E
- sebagai adjuvant à produk Ig E Ag lain

Self cure (penyembuhan sendiri)
Pengobatan sendiri / sembuh sendiri
Ex : H contortus

Cacing dalam sal mucosa usus à Ekdisis III (alergen) à hipersensitivitas I àKombinasi Ag & Ig E terikat mast cell à degranulasi à vasoaktif amin à merangsang kontraksi otot polos à pemeabilitas vaskuler (pembuluh darah) usus meningkat à pelepasan / pengeluaran cacing (ke lumen usus)
- pembuluh darah baru sembuh sendiri à AKP meningkat (anapilaksis kurang pasif).
- Bila diberi Ig Ag à anakpilaksis akut, memeperkuat hypersensitivitas I.
Self Cure:










Fascioliosis
>-- o MQ à penghancuran

larva

>-- mast sel à faktor A.K.E à mobilisasi Cadangan eosinofil à eosinofil
meningkat dalam sirkulasi.

Ag Cc

Peran Eosinofil
1. Enzym à menetralkan bahan vasoaktif yang dikeluarkan mast cell sehingga eosinofil mampu menetralkan vasoaktif anime sehingga tidak keluar terus mnerus
2. eosinofil bersama dengan Ab & complemen à dapat membunuh larva cacing
>-- Eosinofil à degranulasi à melepasisi degranulasi , isi granula berupa protein basa utama granula à akan menyebabkan kerusakkan langsung kutikel cacing.

Efek sitotoksik protein basa à di tingkatkan oleh histamin dari mast cell & complement.

Neutralisasi :
Eksresi Ag
Ab berikatan + à larva à Ag Ab complement à penyebaran
Sekresi

Mulut dan anus dari larva
- mencegah ekdisis dan perkembangan larva
- produksi telur terhenti
- struktur anatomi à perkembangan terganggu
ex :
· Oestertagia ostertagi betina à tidak berhasil membentuk cuping pulva
· Cooperia meningkat à bentuk spikula berubah pada hewan yang kebal

Kekebalan berperantara sel :
Cacing à tidak ditolak CMI à cacing berhasil penyesuaian.

Bukti : limfosit T sensitisasi à dapat menyerang cacing yang terbenam dalam membran usus meningkat yang sedang dalam jaringan padat.
Ex : kekebalan dapa dipindahkan
· Tichinella spiralis
· Trichostrongilus columbriformis
·
Limfosit T sensitisasi menekan cacing dengan 2 cara:
pembatasan akibat hypersensitivitas diperlambat dan cenderung merusak sel mononuklear ke tempat larva à merubah lingkungan tidak cocok untuk pertumbuhan cacing
limfosit sitotoksik à dapat menghancurkan larva cacing.

Pengelakan cacing terhadap RI
memikri Ag induk semang
cacing dapat membuat :
o Ag histokompabilitas
o Ag gol darah à yang sesuai / cocok dengan induk semang sehingga tidak dianggap benda asing.
Ex: domba kurang respon terhadap Haemonchus Contortus di banding kelinci karena sifat haemonchus mempunyai kamiripan agenik dengan domba.
Trematoda & cestoda mampu membuat Ag gol darah induk semang yang identik atau mirip.

cacing dapt menyerap Ag induk semang
ex : Schistosoma mansni dewasa hidup dalam pembuluh darah mesenterium
mampu menyerap à eritrosit
Ag Histocomphabilitas
Cystecircus à menyerap Ag Histocompabilitas

Variasi antigenik
Ex : hewan tertular Haemonchus contortus , Trchinosis
RI kurang baik terhadap = vasoaksi
Kekebalan menurun à infeksi lain
Toleransi
Toleransi mungkin à pada hewan muda mendapat Ag parasit dalam jumlah banyak

Vaksinasi terhadap cacing
- tidak banyak tersedia
- respon imun kurang efektif
-
organisme mati
vaksin tidak protektif
ekstrak organisme

vaksin dari bahan di radiasi
metacercaria à radiasi , mengurangi jumlah F hepatica pada anak sapi
telur Ascaridia galli
dapat melindungi ayam terhadap tantangan cacing tersebut.

yang penting :
vaksin terhadap à pneumonia verminosa à dictyocaulus viviparus larva stadium II à diradiasi 40.000 R sinar X
anak sapi à diberi 2 dosis à larva menembus usus tetapi tidak menembus paru-paru (tidak bisa merubah st III tetapi tetap st II).
Dalam pelepasan selubung à larva memacu Ab à menghalangi infeksi ulangan.
Vaksin à untuk Ag terhadap Anchylostoma cacinum (menular pada tuannya).
Larva diradiasi à diberikan 3 hari sesudah lahir (karena anak anjing masih mempunyai maternal antibodi ). Maternal Ab ikut berperan dalam vaksinasi untuk melakukan vaksinasi à maternal Ab ikut berperan dalam vaksinasi untuk melakukan vaksinasi à maternal antibodi harus tidak ada , sehingga vaksin yang diberikan akan memacu respon imun secara penuh , bila diberikan , masih ada maternal Ab hasilnya kurang maximal . maternal Ab tidak mengganggu pembentukkan Ab terhadap cacing pada anak anjing tersebut.

Individu homozygot à + anemia akut
Heterozygot à anemi, tahan terhadap Plasmodium falcirarum (malaria).

Immunologis
Respon Imun tidak sempurna à anggapan parasit bukan immunogen yang baik. Aggapan ini salah, karena:
- parasit umumnya antigenik
- parasit dengan suatu mekanisme dapat hidup dengan adanya respon imun.

Protozoa dapat merangsang :
respon imun humoral untuk parasit
aliran darah
cairan jaringan
respon imun berperantara sel : untuk parasit intraseluler

Antibodi terhadap antigen permukaan protozoa dapat melakukan :
· opsonisasi
· Aglutinasi
· Membatasi pergerakan
· Menghambat enzym protozoa à replikasi terhambat
Respon imun utama T. gondii à tidak dapat dihancurkan makrofag normal, lisosom tidak dapat berfusi dengan fagosom. Limfosit T sensitisasi à limfokine à membantu makrofag membunuh , mungkin melalui pembuangan rintangan yang mencegah fusi lisosom & phagosom.

Sel T sitotoksik à menghancurkan Takhizoit dari Toxoplasma
Sel T yang tertulari
Respon humoral dan berperantara sel à bekerja sama à menghlangkan takhizoit.

Terapi :
T gondii à dapat hidup dalam kista àtidak dianggapasing . bertahun-bertahun diduga bahwa gambaran umum infeksi protozoa adalah “premunisi”
Istilah :
- hewan kebal / protektif bila parasit tinggal dalam induk semang
- menurun cepat bila parasit hilang
ex : Babesiosis pada sapi


anggapan tersebut salah :
- sapi sembuh dari babesiosis karena kemoterapi à juga tahan sampai 2 ½ tahun.
- Hewan pembawa bakteria babesia à splarektomi à timbl penyakit klinis

Pengelakan Protozoa dari RI
Immunosupresif
Theileria parva à merangsang & menghancurkan sel T
Tryanosoma à diduga:
i. Membantu perkembangan sel supresor
ii. Melumpuhkan sel B
iii. Melepaskan faktor immunosupresif
Babesia

Hipoantigenik atau non antigenik
Hipoantigenik , stadium kista T gondii à tidak merangsang RI
Non antigenik,
o menutupi diri dengan antigen induk semang
ex Tryp, Theileria pada sapi
Tryp Lewisi pada tikus
Tertutup lapisan protein induk semang à tidak dianggap asing.
o menyerap protein serum/ antigen eritrosit
ex T brucei pada sapi

variasi antigenik
merubah antigen permukaan dengan cepat & berulang-ulang
ex : pada sapi :
o Tr vivax
o Tr congoense à dalam sirkulasi à parasetimia
o Tr brucei
Berubah dan jumlah pada organ turun naik, hasil serum yang diambil dari hewan yang tertulari akan bereaksi dengan Tr yang diisolasi sebelum waktu pengambilan darah.

Hasil analisa genetik
- Trypanosoma mempunyai banyak gen untuk protein selubung
- Variasi antigenik akibat penyususnan kembali dan seleksi gen secara acak
Ex lain :
o babesiosis galur kambuh à berbeda dengan galur asli
o Plasmodium falcifarum (malaria)

Akibat yang timbul/ merugikan dari RI terhadap protozoa
- hipersensitivitas type I
ex : Tricomoniasis à iritasi lokal, peradangan saluran genital
- hipersensitivitas II à anemi
ex : Babesiosis à eritrosit tertularà difagositosis
Trypanomoniasis
- hipersensitivitas III à vaskulitis
Glomerulonefritis
- hipersensitivitas IV
Vaksinasi terhadap Infeksi Protozoa
Vaksinasi yang berhasil tersebut pada Babesiosis, ketahanan terhadap babesiosis ada beberapa faktor :
genetik = sapi berpunuk lebih tahan
umur = umur 6 bl pertama lebih tahan


Vaksin dan Vaksinasi

Pencegahan lebih baik daripada pengobatan karena:
· beberapa sukar diobati
· resiko kesehatan manusia
· biaya tinggi
· produksi menurun

Cara pencegahan :
· pengelolaan
· nutrisi
· pemuliaan
· vaksinasi

telah terkendali / terberantas :
· cacar air
· rabies
· tetanus
· antrax
· kholera
· difteria
poliovirus termasuk genus enterovirus sehingga sampelnya tinja, penularannya melalui mulut. Vaksinasi sebelum penyakit terdiagnosa (sedikit perkecualian) atau sebelum terdedah.

Pengendalian :
- champhilobacter fetus
o vaksinasi lebih baik daripada infeksi alami
o vaksin lebih memberi respon imun
- rabies à masa tunas lama
- tetanus

Kriteria untuk menjalankan vaksinasi
- identifikasi absolut
- harus dapat memeberikan RI protektif
- resiko tidak melebihi infeksi alami
- biaya murah
- status imun tinggi

vaksin digunakan untuk group hewan :
paling sedikit mempunyai proteksi
group yang diperkirakan paling terdedah
group yang mempunyai resko tersebut

type & sifat vaksin :
- vaksin
- bakterisin (bakteri dibunuh dengan formalin)
- vaksin autolog (diambil dari hewannya sendiri)
- belum banyak vaksin yang tersedia.

Cacingan, cacing pita (taeniasis) bisa menyebabkan kematian

Taeniasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing pita yang tergolong dalam genus taenia pada manusia. Cacing pita yang dikenal sampai saat ini yaitu Taenia saginata, Taenia solium, dan Taenia asiatica. Infeksi oleh bentuk larva Taenia solium (sistiserkus selulosa) pada manusia disebut sistiserkosis. Sedangkan istilah neurosistiserkosis digunakan untuk infeksi oleh larva yang mengenai sistem saraf pusat.
Hospes definitif dari Taenia sp adalah manusia. Pada Taenia solium, manusia juga berperan sebagai hospes perantara. Selain manusia, hospes parantara untuk Taenia solium adalah babi. Taeniasis dapat terinfeksi melalui daging babi yang mengandung larva. Sedangkan penularan sistiserkosis terjadi melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh telur Taenia solium. Penularan juga dapat terjadi secara autoinfeksi. Misalnya langsung melalui anooral akibat kurangnya kebersihan tangan penderita taeniasis solium atau melalui autoinfeksi internal akibat adanya gerakan antiperistaltik dari usus maupun pemakaian obat taeniasidal.
Parasit ini berupa larva yang berbentuk gelembung pada daging babi atau berbentuk butiran-butiran telur pada usus babi. Jika seseorang memakan daging babi tanpa dimasak dengan baik, maka dinding-dinding gelembung ini akan dicerna oleh perut manusia, dan larva-larva itu kemudian akan tumbuh di usus manusia. Peristiwa ini akan menghalangi perkembangan tubuh dan akan membentuk cacing pita yang panjangnya bisa mencapai 10 kaki, yang menempel di dinding usus dengan cara menempelkan kepalanya lalu menyerap unsur-unsur makanan yang ada di lambung. Hal itu bisa menyebabkan seseorang kekurangan darah dan gangguan pencernaan, karena cacing ini dapat mengeluarkan racun.
Cacing pita Taenia solium, berukuran panjang kira-kira 3-5 meter dan kadang-kadang sampai 8 meter. Cacing ini seperti cacing Taenia saginata, terdiri dari skoleks, leher dan srobila, yang terdiri dari 800-1000 ruas proglotid. Skoleks yang bulat berukuran kira-kira 1 milimeter, mempunyai 4 buah batil isap dengan rostelum yang mempunyai 2 baris kait-kait, masing-masing sebanyak 25-30 buah. Kait besar (dalam satu baris) mempunyai panjang 140-180 mikron dan yang kecil (dalam baris yang lain) panjangnya 110-140 mikron. Seperti Taenia saginata, strobila terdiri dari rangkaian proglotid yang belum dewasa (imatur), dewasa (matur) dan mengandung telur (gravid). Gambaran alat kelamin pada proglotid dewasa sama dengan Taenia saginata, kecuali jumlah folikel testisnya lebih sedikit, yaitu 150-200 buah. Proglotida yang bunting memiliki panjang 10-12 x 5-6 mm. Bentuk proglotid gravidnya mempunyai ukuran panjang hampir sama dengan lebarnya. Uterus mempunyai cabang pada masing-masing sisi. Jumlah cabang uterus pada proglotid gravid adalah 7-12 buah pada satu sisi. Lubang kelamin letaknya bergantian selang-seling pada sisi kanan dan kiri strobila secara tidak beraturan.
Siklus hidup. Mirip dengan T. saginata, telur T. Solium keluar dari celah sobekan pada proglotid. Telur tersebut bila termakan oleh hospes perantara yang cocok, maka dindingnya akan dicerna yang kemudian embrio heksakan keluar dari telur dan menembus dinding usus serta masuk ke saluran getah bening atau darah. Embrio heksakan kemudian ikut aliran darah dan dan menyangkut di jaringan otot. Hospes intermedier adalah babi. Cysticercus (cysticercus cellulosae/ cysticercus inermis) terutama berkembang di otot skelet, otot jantung, masseter dan lidah. Cysticercus memiliki ukuran 20 x 10 mm dan infektif + 9 –10 mg. Manusia terinfeksi karena memakan daging yang mengandung cysticercus yang kurang masak. Cysticercus ini menyebabkan suatu kondisi yang dikenal dengan bintil pada babi. Manusia dapat bertindak sebagai hospes intermedier dan terinfeksi karena makan makanan yang terkontaminasi telur cacing atau autoinfeksi karena adanya peristaltic usus yang membalik. Cysticercus pada manusia mula-mula berkembang di jaringan subkutan, tetapi yang terpenting adalah di otak dan jaringan mata. Kerusakan yang hebat dapat terjadi di otak dan mengakibatkan sakit, lumpuh, kejang-kejang serta dapat menyebabkan kematian.